Pamer Hubungan di Sosial Media, Norak dan Ciri Gak Bahagia?

banner2

Malam ini, sehabis pulang ke kostan dan leyeh-leyeh sebentar di kasur sambil randomly nge-stalk akun-akun lucu di instagram dan ketawa—cekikikan sendiri, gue tiba-tiba ditelfon salah seorang teman. Dia laki-laki, umur 20++, perawakan sedang dan berambut gondrong nanggung. Sebut saja si X.

Si X curhat, masalah ceweknya yang kebetulan temen baik gue juga. Dia cerita panjang lebar soal ceweknya yang selalu nuntut dia untuk post foto/video, mention-mentionan (re: pacaran) di twitter, bales-balesan komen di ig, dan mewajibkan dia untuk pasang bio dan/atau DP foto mereka berdua. Gue memang mengakui, selama mereka berdua pacaran, seringkali gue melihat interaksi ‘berlebih’ mereka di media sosial. Sejujurnya memang gue sendiri agak risih, karena… Ya mereka begitu untuk apa? Informasi apa sih yang mereka mau planting ke followers-followersnya? Sekali-dua kali mungkin orang melihatnya masih wajar, tapi kalau keseringan? Hari ini mereka berantem dan keesokan harinya mereka saling bilang “love you” di timeline. Ini gue lagi nonton FTV pagi atau bagaimana, ya?

Balik lagi ke permasalahan si X. Syukurnya dia sadar kalau apa yang dia sama ceweknya lakukan itu sudah gak wajar. Selain karena mungkin kesadaran diri sendiri, tapi ejekan dan “ceng-ceng”an teman-teman disekitarnyalah yang mungkin membuat si X ini jadi sadar dan memulai pergerakan.

Si X meminta solusi dari gue bagaimana cara bilang ke ceweknya, tanpa maksud menyakiti ataupun menyalahkan. Masalahnya, gue juga paham betul sifat dan karakter ceweknya dia yang super keras kepala dan susah dibilangin. Guepun bingung dan kesulitan untuk kasih solusi buat si X ini. Toh akhirnya gue hanya kasih jawaban-jawaban klise nan mainstream, bernilai utopis, bias yang seringkali gue dengar dari teman-teman gue juga, tanpa tau wujud implementasiannya. Lalu si X menutup telfon dan gue melanjutkan aktivitas leyeh-leyeh cantik lagi.

Tapi gue jadi mikir, mungkin secara sederhana, gue menilai permasalahan si X dan pacarnya ini juga mainstream. Karena mainstream inilah secara logika seharusnya sudah ada semacam template problem solving-nya. Namun ya balik lagi, untuk permasalahan-permasalahan di dunia percintaan ini seringkali membingungkan, gak mengindahkan logika, dengan tingkat kompleksitas-nya yang tinggi.

hipwee-medsos-7via http://www.idiva.com

Masalah norak di sosial media perihal hubungan cinta mungkin memang tergantung dari pribadi orangnya masing-masing, gue sendiripun dulu pernah ada di stage itu kok. Bukannya gue merasa sok tua atau gimana, tapi makin ke sini gue makin merasa kalau semua itu tuh gak perlu. Hubungan kan lo dan pasangan lo yang ngejalanin, just make it simple and exclusive because not everyone needs to know everything about your love life. Segala sesuatu yang berlebihan hasilnya selalu gak baik, begitu juga soal show-off di social media. Gak semua orang perlu tau apa yang lagi lo alami dan apa yang lo rasa, karena hidup gak cuma soal perasaan semata. Apa yang lo share di sosial media lo, bisa memberikan banyak pengaruh ke orang lain. Ayo dong belajar bertanggung jawab, sudah kewajiban kita semua sebagai netizen untuk bisa menjaga dan memberikan aura positif ke orang lain.

Hasil gambar untuk show off relationship in social media

Terkhusus soal cinta.. Cinta memang syahdu dan indah banget. Tapi jangan menyalahgunakan cinta dengan memanifestasikannya melalui cara-cara yang salah. Norak di sosial media soal kisah cinta lo boleh-boleh aja, asal jangan berlebihan. Coba sesuaikan kebutuhan dan pikirin deh, kira-kira dengan lo norak-norak di ig, mention-mention “Duch qu sayank kamu bangett” di twitter, atau pasang DP dan taro nama pasangan lo di bio, kira-kira apa sih sebenarnya informasi dan manfaat yang bisa lo kasih ke followers lo?

Mau manas-manasin mantan pacar?

Mau nunjukin kalau lo laku?

Mau….

Mau…

Mau…

Jangan kebanyakan maunya ah.

Hehe

 

With Lovely Heart,

 

Wulan Wardhani

Leave a comment